Kamis, 25 Desember 2008

Banjir di Bengkulu Akibat Kerusakan Lingkungan

Siaran Pers WALHI Bengkulu: Rabu, 24 Agustus 2005

Kepala Stasiun Klimatologi, Drs. Adjat Sudradjat, sebagaimana dilansir dalam sebuah harian lokal, mengatakan bahwa jika Samudera India terjadi tekanan rendah, maka Bengkulu akan mengalami hujan yang lebat. Bahkan, bisa disertai dengan petir dan badai. Curah hujan tinggi, seperti yang terjadi pada tanggal 21 Agustus lalu, mencapai 143 mm. Berdasarkan catatan pada sepuluh tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 28 Agustus 1996, juga terjadi curah hujan tinggi hingga mencapai 151 mm. Selain rawan gempa dan tsunami, Bengkulu juga rawan hujan deras dan badai angin Puting Beliung.

Menurunnya daya dukung lingkungan untuk menetralisir perubahan cuaca telah mengakibatkan terjadinya banjir di Kota Bengkulu. Hujan deras lebih-kurang 24 jam dua hari yang lalu telah berakibat terendamnya ribuan rumah. Beberapa pihak terkait, seperti Pemerintah Kota (PEMKOT) mengatakan bahwa banjir tersebut disebabkan tersumbatnya saluran pembuangan air, berupa siring-siring (drainase), yang berada di kelurahan dan RT-RT dalam Kota Bengkulu. Di sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa bukan hanya tersumbatnya saluran air, yang menjadi penyebab utama banjir dadakan ini. Akan tetapi, lebih disebabkan oleh menurunnya kualitas daya dukung lingkungan.

Direktur Eksekutif WALHI Bengkulu, Ali Akbar, mengatakan bahwa alam memiliki mekanisme sendiri tentang keberadaan dan tingkah laku alaminya. Kapan akan hujan lebat dan kapan akan kekeringan. Untuk pengaturannya, alam memiliki satu tata air yang bisa menetralisir pelbagai akibat buruk yang ditimbulkannya. Jika salah satu rantai sistem tersebut terputus, maka berakibat pada terjadinya banjir atau kekeringan. Ketika daya dukung lingkungan dalam menyerap air hujan tidak berjalan baik, maka akan terjadi genangan permukaan, yang berujung pada kebanjiran.

Lebih lanjut dikatakannya, Kota Bengkulu merupakan daerah rendah dan menjadi tempat limpahan air dari daerah tinggi di sekitarnya. Daerah ini rawan banjir dan dapat mengalami banjir kiriman.

Jika terjadi hujan deras di daerah hulu, seperti di Taba Penanjung dan Kembang Seri, yang menjadi daerah ulu Sungai Bengkulu, maka Kota Bengkulu dapat mengalami banjir apalagi ditambah kota ini memiliki siklus curah hujan yang sangat tinggi.

Dengan demikian, selain membuat saluran pembuangan air yang baik, pemerintah daerah harus melihat permasalahan utama penyebab kebanjiran, yaitu kerusakan hutan pada daerah-daerah tangkapan air yang menjadi penyangga sistem tata air kota Bengkulu.

SUMBER VERIFIKASI
Pada tanggal 21 Agustus 2005, hujan yang berlangsung selama 24 jam mengakibatkan banjir besar di Kota Bengkulu. Akibatnya, 1532 rumah dan satu irigasi jebol. Ketinggian air rata-rata mencapai 0,5 – 1,2 cm.

Tabel I. Daerah yang Tergenang Air

No Nama Daerah Wilayah Tergenang Air Jumlah Rumah Terendam
1 Rawa Makmur RT. 02 dan 11 20 rumah
2 Kampung Kelawi RT. 02 dan 03 30 rumah
3 Sukamerindu RT. 04 10 rumah
4 Tanjung Agung RT. 02, 08, dan 09 160 rumah
5 Sawah Lebar Baru RT. 14 10 rumah
6 Kawasan Tanah Patah - 100 rumah
7 Lempuing Semua RT 800 rumah
8 Jalan Flamboyan - 10 rumah
9 Penurunan RT. 01 10 rumah
10 Belakang Pondok RT. 08, 09, dan 10 50 rumah
11 Kebun Tebeng - 100 rumah
12 Dusun Besar RT. 26 20 rumah
13 Lingkar Barat RT. 10 dan 16 20 rumah
14 Jalan Gedang RT. 08 15 rumah
15 Anggut Bawah - 10 rumah
16 Kebun Beler RT. 08 dan 11 20 rumah
17 Kebun Kenanga - 12 rumah
18 Nusa Indah RT. 01 dan 04 50 rumah
19 Bentiring Permai - 5 rumah
20 Pantai Panjang - 2 Cottage
21 Kelurahan Panorama dan Dusun Besar - 300 ha sawah terendam dan satu irigasi jebol
Sumber: Data WALHI Bengkulu, Agustus 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar